Sabtu, 14 November 2015

Tata Cara Penulisan

I.             Ucapan dan Ejaan

                         I.          Ejaan dan Aturan Penulisan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek, yaitu:
·     aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
·      aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
·      aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Dalam penulisan ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, seperti:
·         Tulisan merupakan hasil penelitian
·   Tulisan ilmiah menggunakan bahasa Indonesia baku, setiap kata asing dicari padanannya dalam bahasa Indonesia baku, dan tidak perlu menyertakan bahasa asingnya.
·   Kalimat yang diambil dari tulisan ilmiah dalam bahasa asing diterjemahkan dalam bahasa Indonesia baku.
·    Referensi menggunakan aturan penulis, tahun, hanya mencantumkan nama belakang penulis dan tahun tulisan (contoh: Kotler, 2000) dan mohon diperiksa ulang dengan daftar pustaka (sangat membantu jika menggunakan fasilitas bibliografi yang ada di perangkat lunak pengolah kata).
·         Tidak menggunakan catatan kaki.
·         Tulisan ilmiah dikirimkan dengan format:
a.       Ukuran kertas yang digunakan A4
b.      Panjang tulisan minimum 12 halaman, maksimum 16 halaman
c.       Marjin keliling 3 cm
d.      Spasi 1
e.      Dalam bentuk 1 kolom (standar, tidak perlu dibuat kolom)
f.        Huruf Times New Roman, ukuran 12
g.   Semua jenis rumus ditulis menggunakan Mathematical Equation (bagi pengguna MS Word ada di bagian Insert => Equation), termasuk pembagian/fraksi, Zigma, Akar, Matriks, Integral, Limit/Log, Pangkat, dsb
h.      Semua jenis symbol menggunakan simbol standar yang ada di pengolah data (bagi pengguna MS Word ada di bagian Insert => Symbol)
i.     Judul tabel dan gambar ditulis di tengah, sentence case, dengan jarak 1 spasi dari tabel atau gambarnya.  Tulisan “Tabel” atau “Gambar” dengan nomornya diletakkan satu baris sendiri.   Judul tabel diletakkan di atas tabel (sebelum tabel) dan judul gambar diletakkan di bawah gambar (setelah gambar). Penulisan sumber tabel atau gambar diletakkan di bawah tabel dan gambar (center pada gambar dan sejajar tabel pada tabel dengan huruf 10 pt).   Pada gambar, penulisan sumber diletakkan setelah judul gambar dengan jarak 1 spasi.  Tulisan dalam tabel 10 pt.

                  II.               Penggunaan Huruf dan Tanda baca

Pengunaan huruf kapital atau huruf besar:
·      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
·   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
·   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
·   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
·  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
·      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Penggunaan tanda baca:
·      Tanda Titik (.)
1.    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

2.    Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

5.    Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

6.    a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

8.   Tanda titik tidak dipakai di belakang
a.       alamat pengirim dan tanggal surat atau
b.      nama dan alamat penerima surat.

·      Tanda Koma (,)
1.    Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

2.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

3.    a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak  kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

4.    Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

5.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

6.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:

7.    Tanda koma dipakai di antara
a.       nama dan alamat,
b.      bagian-bagian alamat,
c.       tempat dan tanggal, dan
d.      nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

8.    Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

9.    Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

13.  Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

14.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

·      Tanda Titik Dua (:)
1.    a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan

2.    Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

3.  Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

4.     Tanda titik dua dipakai:
a.    di antara jilid atau nomor dan halaman,
b.    di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
c.     di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
d.    nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

·      Tanda Hubung (–)
1.    Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.

2.  Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

3.    Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

5.    Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan penghilangan bagian kelompok kata.

6.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
a.       se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b.      ke- dengan angka,
c.       angka dengan -an,
d.      singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
e.      nama jabatan rangkap

7.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

·      Tanda Pisah (—)
1.    Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

3.    Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.

·      Tanda Elipsis (...)
1.    Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

2.   Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

·      Tanda Tanya (?)
1.    Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.

2.    Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

·      Tanda Kurung ((...))
1.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

2.   Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

3.   Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

4.    Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan.

·      Tanda Kurung Siku ([...])
1.    Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

2.  Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

·      Tanda Petik ("...")
1.    Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

2.    Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

3.    Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

4.    Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

5.   Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

·      Tanda Petik Tunggal ('...')
1.    Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

2.  Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)

·      Tanda Garis Miring (/)
1.  Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

2.    Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

·      Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.




        II.               Kata dan Pilihan Kata

I.               Pengerttian kata dan Pilihan kata

Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tetentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumla kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.

II.             Makna Kata

Makna kata adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

III.           Struktur Leksikal

Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.


III.       Kalimat Efektif

I.           Pengertian Kalimat

       Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:

·      Kalimat tunggal
                     Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu)

·      Kalimat majemuk
     Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
     Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
a.       Kalimat Majemuk Setara
b.      Kalimat Majemuk Rapatan
c.       Kalimat Majemuk Bertingkat
d.      Kalimat Majemuk Campuran

II.         Tata cara Penggunaan kalimat Efektif

       Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Ciri-ciri kalimat efektif:

·      Kesepadanan
     Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Contoh:

1.       Amara pergi ke sekolah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)

2.       Amara pergi ke sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)

·      Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
     Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Contoh:

1.    Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)

2.  Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)

·      Kehematan
     Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang di anggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Contoh:

1.       Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)

2.       Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

·      Kelogisan
     Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Contoh:

1.         Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

2.         Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

·      Kesatuan atau Kepaduan
     Maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Contoh:

1.       Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)

2.       Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)

·      Keparalelan atau Kesejajaran
     Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Contoh:

1.       Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

2.       Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

3.       Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

4.       Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)





Referensi:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar