Polytron cukup dikenal di segmen
elektronik rumah tangga dan cukup sukses dengan beberapa produk buatannya,
namun tak cukup sampai disitu kini Polytron membuat kejutan dengan merilis
beberapa smartphone baru yang menggunakan OS Android dengan UI sendiri sehingga
antar muka baru ini diharapkan akan sukses dipasaran karena FIRA OS merupakan
buatan anak bangsa sendiri.
FIRA OS diresmikan berbarengan
dengan smartphone baru Polytron yang telah mendukung 4G LTE kemarin. Polytron
juga mengklaim bahwa merekalah vendor pertama yang mengadopsi jaringan 4G
melalui Zap 5 yang telah sukses dipasaran.
Fira OS adalah sistem operasi
mobile berbasis Linux dan platform perangkat lunak yang dikembangkan oleh Fira,
anak perusahaan raksasa elektronik Indonesia Polytron. Diperkenalkan pada 28
Januari 2016, itu bercabang dari Android dan diinstal pada lebih baru
smartphone Polytron sejak 2016.
Fira OS didasarkan pada Proyek
Android Open Source (AOSP) dan kernel Linux. Dan itu di buat untuk mematuhi
peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan minimal 40% konten lokal di semua
smartphone 4G LTE yang dijual di Indonesia mulai tahun 2017. Fitur aplikasi
yang ada juga tidak seperti biasanya yang tersedia di sistem operasi lain
berbasis AOSP, pada Fira OS ada fitur aplikasi seperti FIRA Periksa Pulsa, FIRA Store, FIRA Pay, Direktori
FIRA, dan lain-lain
Fira OS ditanamkan di lini Zap 6
yang baru diluncurkan belum lama ini. Polytorn Power, Polytron Note, Polytron
Cleo, Polytron Posh, dan Polytron Posh Note. Roberto Hartono, Direktur Fira OS
menerangkan bahwa experience sistem operasi mobile ini sedikit berebeda. Mulai
dari UI atau antar muka hingga fitur di dalamnya yang dipersiapkan cukup
matang.
Dari segi desain antar muka, Fira
OS tampak seperti Android. Namun Fira OS memiliki perbedaan yang cukup menarik.
Di bagian widget, Fira OS menampilkan nomor handphone yang terpasang di ponsel
dan jumlah pulsanya sekaligus.
Di dalam kontak terdapat fitur
directory yang bisa digunakan untuk mencari kontak nomor dari browser. Roberto
melihat, custom OS di ponsel lain belum menyentuh kebutuhan pengguna lokal.
Inilah celah yang bisa digarap oleh Fira OS.
“Kalau bapak beli Xiaomi kalau
pernah coba ya, kan ada browser, video, musik, tapi di Indonesia itu enggak
jalan semua.” ungkap Roberto menceritakan inspirasi awal pembuatan Fira OS ini.
Di sinilah Fira OS melihat celah
untuk bermain, dengan meluncurkan fitur-fitur macam, Fira Pay, Fira Store,
hingga konten multimedia Fira TV. Fira Pay ini nantinya akan kerjasama dengan
retail Seven Eleven. Oleh karena itu pengguna Fira OS yang memiliki Fira Pay
akan mudah melakukan pembayaran via ponsel. Caranya hanya dengan scanning bar
code.
Fira Store juga dikemas untuk
memenuhi kebutuhan pengguna lokal dalam membayar tagihan seperti, pulsa, token
PLN, sampai rencanannya nanti pembayarn tiket kereta api dan pesawat terbang.
Bahkan Roberto optimis bila Fira
OS akan menjadi contoh sistem operasi mobile asli Indonesia. “Kemarin di 2015
akhir, kita didatangi PT. Surveyer Indonesia. Kita sudah ceritakan dan terangkan
bagaimana Fira dan Android itu berjalan dengan baik. Menurut info yang kami dengar,
itu standar yang kita lakukan di Fira akan dijadikan contoh untuk semua
software developer di Indonesia untuk kaitannya tentang TKDN.” terang Roberto.
Bahkan Roberto tidak menutupi jika vendor global sempat mendekati Fira.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar